1. Perkembangan
Pendidikan Lingkungan Hidup di Tingkat Internasional
Pendidikan lingkungan telah dikembangkan
di berbagai negara selama beberapa tahun. Titik penting dalam perkembangan
pendidikan lingkungan terjadi pada tahun 1972, ketika para perwakilan yang
hadir dalam Konferensi PBB mengenai “Human Environmental” di Stokholm , Sweden
merekomendasikan bahwa PBB mengembangkan sebuah program internasional untuk
pendidikan lingkungan. UNESCO menindaklanjuti rekomendasi tersebu dengan
mendanai serangkaian lokakarya dan konferensi pendidikan lingkungan di seluruh
dunia. Di tahun 1975, perwakilan dari negara-negara anggota bertemu di Belgrad,
bekas Yugoslavia (in the former Yugoslavia ), menguraikan pengertian dasar dan
tujuan dari pendidikan lingkungan. Kemudian di tahun 1977, perwakilan
dari lebih 60 negara berkumpul di Tbilisi , untuk menindaklanjuti hasil
pertemuan di Belgrad. Para delegasi untuk kedua konferensi internasional ini
meratifikasi definisi pendidikan lingkungan, juga seperangkat tujuan sebagai
berikut:
Pendidikan Lingkungan adalah Sebuah
proses yang bertujuan dalam membangun populasi dunia yang berkesadaran dan
memiliki kepedulian terhadap lingkungan secara keseluruhan dan berbagai problem
yang terkait dengannya, dan yang mana memiliki pengetahuan, sikap,
keterampilan, motivasi, dan komitmen untuk bekerja secara individu dan
bersama-sama untuk menemukan penyelesaian terhadap masalah-masalah yang saat
ini muncul dan mencegah munculnya masalah baru.
** Konferensi lingkungan hidup sedunia (
5 juni 1972 ) di Stockholm Swedia dikenal sebagai hari lingkungan hidup
sedunia.
2. Perkembangan
Pendidikan Lingkungan Hidup di tingkat ASEAN
Program pengembangan pendidikan lingkungan bukan
merupakan hal yang baru di lingkup ASEAN. Negara-negara anggota ASEAN telah
mengembangkan program dan kegiatannya sejak konferensi internasional pendidikan
lingkungan hidup pertama di Belgrade tahun 1975. Sejak dikeluarkannya ASEAN
Environmental Education Action Plan 2000-2005, masing-masing negara anggota ASEAN perlu memiliki kerangka
kerja untuk pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan. Indonesia
sebagai negara anggota ASEAN turut aktif dalam merancang dan melaksanakan ASEAN
Environmental Education Action Plan 2000-2005. Pada intinya ASEAN Environmental Education Action Plan
2000 – 2005 ini merupakan tonggak sejarah yang penting dalam
upaya kerja sama regional antar sesama negara anggota ASEAN dalam turut
meningkatkan pelaksanaan pendidikan lingkungan di masing-masing negara anggota
ASEAN.
3. Perkembangan
Lingkungan hidup di Indonesia
Di Indonesia perkembangan penyelenggaraan
pendidikan lingkungan dimulai pada tahun 1975 dimana IKIP Jakarta untuk pertama
kalinya merintis pengembangan pendidikan lingkungan dengan menyusun Garis-garis
Besar Program Pengajaran Pendidikan Lingkungan Hidup yang diujicobakan di 15
Sekolah Dasar Jakarta pada periode tahun 1977/1978.
Pada tahun 1979 dibentuk dan berkembang Pusat
Studi Lingkungan (PSL) di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta. Bersamaan
dengan itu pula mulai dikembangkannya pendidikan AMDAL oleh semua PSL di bawah
koordinasi Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup
(Meneg-PPLH). Saat ini jumlah PSL yang menjadi anggota BKPSL telah berkembang
menjadi 87 PSL, di samping itu berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun
swasta mulai mengembangkan dan membentuk program khusus pendidikan lingkungan,
misalnya di Jurusan Kehutanan IPB.
Pada jenjang pendidikan dasar dan menegah
(menengah umum dan kejuruan), penyampaian mata ajar tentang masalah
kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dituangkan dalam sistem
kurikulum tahun 1984 dengan memasukkan masalah-masalah kependudukan dan
lingkungan hidup ke dalam hampir semua mata pelajaran. Sejak tahun 1989/1990
hingga saat ini berbagai pelatihan tentang lingkungan hidup telah diperkenalkan
oleh Departemen Pendidikan Nasional bagi guru-guru SD, SMP dan SMA termasuk
Sekolah Kejuruan.
Prakarsa pengembangan pendidikan lingkungan juga
dilakukan oleh berbagai LSM. Pada tahun 1996/1997 terbentuk Jaringan Pendidikan
Lingkungan (JPL) antara LSM-LSM yang berminat dan menaruh perhatian terhadap
pendidikan lingkungan. Hingga tahun 2001 tercatat 76 anggota JPL yang bergerak
dalam pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan.
Sehubungan dengan kegiatan pendidikan lingkungan
hidup di Indonesia, Kelompok Kerja Pendidikan Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Lingkungan Hidup (Pokja PKSDH & L) telah membagi perkembangan kegiatan
pendidikan lingkungan hidup di Indonesia ke dalam tiga periode, yaitu :
a. Periode 1969-1983 (periode persiapan dan peletakan dasar)
Usaha pengembangan pendidikan LH ini tidak bisa dilepaskan dari hasil
Konferensi Stockholm pada tahun 1972 yang antara lain menghasilkan rekomendasi
dan deklarasi antara lain tentang pentingnya kegiatan pendidikan untuk
menciptakan kesadaran masyarakat dalam melestarikan lingkungan hidup. Salah
satu kegiatan yang mempelopori pengembangan pendidikan lingkungan hidup di
Indonesia dilakukan oleh IKIP Jakarta pada tahun yaitu dengan menyusun
Garis-garis Besar Pendidikan dan Pengajaran (GBPP) bidang lingkungan hidup
untuk pendidikan dasar. Pada tahun 1977/1978, GBPP tersebut kemudian
diujicobakan pada 15 SD di Jakarta. Selain itu penyusunan GBPP untuk pendidikan
dasar, beberapa perguruan tinggi juga mulai mengembangkan Pusat Studi
Lingkungan (PSL) yang salah satu aktivitas utamanya adalah melaksanakan
kursus-kursus mengenai analisis dampak lingkungan (AMDAL). Program studi
lingkungan dan konservasi sumberdaya alam di beberapa perguruan tinggi juga
mulai dikembangkan.
b. Periode 1983-1993 (periode sosialisasi)
Pada periode ini, kegiatan pendidikan lingkungan hidup baik di jalur formal
(sekolah) maupun di jalur non formal (luar sekolah) telah semakin berkembang.
Pada jalur pendidikan formal, khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, materi pendidikan yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan
konservasi SDA telah diintegrasikan ke dalam kurikulum 1984. Selama periode
ini, berbagai pusat studi seperti Pusat Studi Kependudukkan (PSK) dan Pusat
Studi Lingkungan (PSL) baik di perguruan tinggi negeri maupun pergurutan tinggi
swasta terus bertambah jumlah dan aktivitasnya. Selain itu, program-program
studi pada jenjang S1, S2, dan S3 yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan
hidup dan sumberdaya alam juga terus berkembang. Bahkan isu dan permasalahan
lingkungan hidup telah diarahkan sebagai bagian dari Mata Kuliah Dasar Umum
(MKDU) yang harus diterima oleh semua mahasiswa pada semua program studi atau
disiplin ilmu.
Perhatian terhadap upaya pengembangan pendidikan lingkungan hidup oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan juga terus meningkat, khususnya pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah, yaitu dengan terus dimantapkannya
program dan aktivitasnya melalui pembentukkan Bagian Proyek KLH sebagai salah
satu unit kegiatan di Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
(Dikdasmen). Pada periode ini sosialiasasi masalah lingkungan hidup juga
dilakukan terhadap kalangan administratur negara dengan memasukkan materi
kependudukkan dan lingkungan hidup ke dalam kurikulum penjenjangan tingkat
Sepada, Sepadya, dan Sespa pada Diklat Lembaga Administrasi Negara (LAN) tahun
1989/1990. Di samping itu, selama periode ini pula banyak LSM serta lembaga
nirlaba lainnya yang didirikan dan ikut mengambil peran dalam mendorong
terbentuknya kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku ramah lingkungan.
Secara keseluruhan, perkembangan kegiatan pendidikan, penyuluhan, dan
penyadaran masyarakat di atas tidak saja terjadi di Jakarta tetapi juga di
daerah-daerah lainnya.
c. Periode 1993 – sekarang (periode pemantapan dan pengembangan)
Salah satu hal yang menonjol dalam periode ini adalah ditetapkannya Memorandum
Bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kantor Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 0142/U/1996 dan No Kep: 89/MENLH/5/1996 tentang
Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup, tanggal 21 Mei 1996.
Sejalan dengan itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
(Dikdasmen) Departemen P & K juga terus mendorong pengembangan dan
pemantapan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah-sekolah antara
lain melalui penataran guru, penggalakkan bulan bakti lingkungan, penyiapan
Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH)
untuk Guru SD, SLTP, SMU dan SMK , program sekolah asri, dan lain-lain. Selain
itu, berbagai insiatif dilakukan baik oleh pemerintah, LSM, maupun erguruan
tinggi dalam mengembangkan pendidikan lingkungan hidup melalui kegiatan
seminar, sararasehan, lokakarya, penataran guru, pengembangan sarana pendidikan
seperti penyusunan modul-modul integrasi, buku-buku bacaan dan lain-lain.
Walaupun perhatian terhadap langkah-langkah pengembangan pendidikan lingkungan
hidup pada satu atau dua tahun terakhir ini semakin meningkat, baik untuk
pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah, namun harus diakui bahwa masih
banyak hal yang perlu terus selalu diperbaiki agar pendidikan lingkungan hidup
dapat lebih memasyarakat secara konsisten dan berkelanjutan. Dengan demikian,
kegiatan pendidikan lingkungan hidup yang dilaksanakan mulai jenjang pra
sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, hingga pendidikan tinggi
melalui berbagai bentuk kegiatan dapat memberikan hasil yang optimal.
0 Comments
isi disini