Bermain sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial,
emosi, intelektual, dan spiritual anak sekolah dasar. Dengan bermain anak dapat
mengenal lingkungan, berinteraksi, serta mengembangkan emosi dan imajinasi
dengan baik. Pada dasarnya anak-anak gemar
bermain, bergerak, bernyanyi dan menari,
baik dilakukan sendiri maupun berkelompok. Bermain adalah kegiatan untuk
bersenang-senang yang terjadi secara alamiah. Anak tidak merasa terpaksa untuk
bermain, tetapi mereka akan memperoleh kesenangan, kanikmatan, informasi,
pengetahuan, imajinasi, dan motivasi bersosialisasi
Dengan bermain dapat mengembangkan fisik, motorik,
sosial, emosi, kognitif, daya cipta (kreativitas), bahasa, perilaku, ketajaman
pengindraan, melepaskan ketegangan, dan terapi bagi fisik, mental ataupun
gangguan perkembangan lainnya.
Menurut
Rubin, Fein, & Vandenverg dalam Hughes ada 5 ciri utama bermain yang dapat
mengidentifikasikan kegiatan bermain dan yang bukan bermain :
1.
Bermain
didorong oleh motivasi dari dalam diri anak. Anak akan melakukannya apabila hal
itu memang betul-betul memuaskan dirinya. Bukan untuk mendapatkan hadiah atau
karena diperintahkan oleh orang lain.
2.
Bermain
dipilih secara bebas oleh anak. Jika seorang anak dipaksa untuk bermain, sekalipun
mungkin dilakukan dengan cara yang halus, maka aktivitas itu bukan lagi
merupakan kegiatan bermain. Kegiatan bermain yang ditugaskan oleh guru TK
kepada murid-muridnya, cenderung akan dilakukan oleh anak sebagai suatu
pekerjaan, bukan sebagai bermain. Kegiatan tersebut dapat disebut bermain jika
anak diberi kebebasan sendiri untuk memilih aktivitasnya.
3.
Bermain
adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Anak merasa gembira dan bahagia dalam
melakukan aktivitas bermain tersebut, tidak menjadi tegang atau stress.
Biasanya ditandai dengan tertawa dan komunikasi yang hidup.
4.
Bermain
tidak selalu harus menggambarkan hal yang sebenarnya. Khususnya pada anak usia
prasekolah sering dikaitkan dengan fantasi atau imajinasi mereka. Anak mampu
membangun suatu dunia yang terbuka bagi berbagai kemungkinan yang ada, sesuai
dengan mimpi-mimpi indah serta kreativitas mereka yang kaya.
5.
Bermain
senantiasa melibatkan peran aktif anak, baik secara fisik, psikologis, maupun
keduanya sekaligus.
No |
Teori |
Penggagas |
Tujuan Bermain |
1 |
Surplus Energi |
Schiller/Spencer |
Mengeluarkan energi berlebihan |
2 |
Rekreasi |
Lazarus |
Memulihkan tenaga |
3 |
Rekapitulasi |
Hall |
Memunculkan instink nenek moyang |
4 |
Praktis |
Groos |
Menyempurnakan instink |
Fungsi
bermain bagi guru dan orangtua adalah agar guru dan orangtua dapat memahami
karakter anak, jalan pikiran anak, dapat intervensi, kolaborasi dan
berkomunikasi dengan ank. Fungsi lainnya adalah rekreasi, penyaluran energi,
persiapan untuk hidup dan mekanisme integrasi (penyatuan) dengan alam sekitar
Menurut
NAEYC (National Association for The
Education of Young Children,1997), bermain merupakan alat utama belajar
anak. Demikian juga pemerintah Indonesia telah mencanangkan prinsip, “Bermain
sambil belajar atau belajar seraya bermain”.Bermain yang sesuai dengan tujuan di
atas adalah bermain yang memiliki ciri-ciri seperti : menimbulkan kesenangan,
spontanitas, motivasi dari anak sendiri, dan aturan ditentukan oleh anak sendiri.
Permasalahannya
hingga saat ini, di sekolah-sekolah, kegiatan bermain masih dianggap kurang penting,
sehingga belum ada program yang terencana dan terstruktur.
Pembelajaran terpadu (tematik) yang menggabungkan beberapa bidang studi di
kelas rendah belum memasukkan unsur-unsur permainan, paling-paling kegiatan
bermain disisipkan dalam pelajaran olah raga (pendidikan jasmani). Pendidikan
jasmani (Penjas) merupakan bagian integral dari system pendidikan secara
keseluruhan dan sangat strategis digunakan untuk mendorong perkembangan
kemampuan motorik, kemampuan fisik, penalaran dan penghayatan nilai (mental,
emosional, spiritual, dan social) serta pembiasaan hidup sehat. Penjas sebagai
bidang studi berorientasi pada kebutuhan gerak siwa juga
dapat diintegrasikan dengan bidang
studi lain seperti matematika, IPA, bahasa, IPS dan agama. Walau demikian pada
kenyataannya kondisi pembelajaran Penjas di sekolah- sekolah sampai saat ini
belum efektif meskipun telah dilakukan berbagai upaya pembenahan pada kurikulum
dan melalui jalur pendidikan dan pelatihan guru (Satya, 2006). Di samping
hal-hal di atas para guru Penjas juga sulit memperoleh buku rujukan yang refresentatif dan
akomodatif juga kurangnya pemahaman masyarakat terhadap kontribusi pendidikan
jasmani sebagai salah satu alat dalam mewujudkan terbentuknya manusia seutuhnya
(sehat fisik, emosi, kecerdasan serta sosial).
Demikian
pula halnya dengan kegiatan bermain dan permainan di sekolah utamanya di
sekolah dasar, pemahaman orang tua dan masyarakat masih kurang. Bermain
dianggapnya main-main, membuang waktu dan memerlukan biaya, padahal banyak alat
permainan yang dapat dipergunakan anak adalah alat permainan dari lingkungan
anak itu sendiri, dari alam dan permainan yang sengaja di buat guru,
orang tua atau perusahaan yang dirancang untuk pendidikan anak. Alat
permainan yang terakhir itu disebut alat
permainan edukatif. Tempat bermain pun sangat fleksibel,tempat bermain anak di
sekolah dapat dilakukan di kelas dan di luar kelas, yang penting lingkungannya
aman dan kondusif, pembelajarannya terencana dan terstruktur dan tersedianya
alat-alat permainan yang memadai
Bentuk-bentuk
permainan seperti : permainan eksplorasi (penjelajahan), permainan energik,
permainan kemahiran (skillfull play)
dapat dilakukan di luar
kelas. Permainan yang lain, seperti permainan sosial dan puzzle dapat
dilakukan di dalam kelas.
Demikian ulasan terntang bermain sebagai bagian pertama , semoga bermanfaat .
Amiin..
Bersambung….
Abdullah Hassan dkk, (2005). Mendorong Kreativiti Kanak Kanak. Selangor:PTS Millennia SDN .BHD.
0 Comments
isi disini