Mengenal sejarah
Mendaki gunung adalah salah
satu cabang olahraga rekreasi, yang mempunyai risiko yang sangat tinggi dan
menuntut ketahanan fisik yang prima.
Belajar mendaki gunung pada mulanya hanya
untuk penyelamatan orang dan sapi yang tersesat di hutan belantara dan
pegunungan. Di Eropa, sejak 1300 orang sudah mulai mendak gunung untuk
kesenangan dan olahraga. Misalnya seorang penyair Itali Petrarch, mendaki
gunung “Mont Ventoux” di Prancis pada 1335 dan menggambarkan pengalaman itu
menakutkan, tapi merupakan hal yang sangat menggembirakan. Oleh karena dapat
melihat pemandangan yang indah dari ketinggian yang mencakar langit.
Pada 1786, jumlah pendaki
gunung bertambah dengan pesat. Sebagian orang ingin mengukur puncak-puncak
gunung di Eropa, yang belum pernah ditaklukkan. Pada tahun tersebut “Mont
Black”, puncak Alp tertinggi di Prancis berhasil ditaklukkan. Hal ini telah
memberi dorongan besar bagi pendaki gunung. Pada 1950, pendaki-pendaki Inggris
berangkat menuju Swiss Alp selama liburna musim panas.
Sejak itulah hampir semua
puncak gunung yang dianggap penting di Eropa berhasil ditaklukkan. Kemudian
pemandu-pemandu yang terlatih dan berdedikasi mulai berdiri. Pemandu inilah
yang menyertai para ekspedisi untuk menjelajahi dan mendaki gunung-gunung besar
lainnya di dunia.
Pendakian yang
ditaklukkannya kali pertama adalah,”Mount Everest” pada 1953 oleh regu ekspedisi
Inggris di bawah pengawasan Kolonel John Hunt. Dua orang anggota tersebut
adalah Edmund Hillary berkebangsaan Selandia Baru dan Tenzing Norkey dari suku
Sherpa Nepal. Mereka mendaki mencapai puncak pada 29 mei 1953. Selama 32 tahun
sebelumnya, sudah beberapa kali diadakan percobaan untuk menaklukkan “Mount
Everest”, yang berakhir dengan kegagalan. Banyak di antara pendaki gunung yang
meninggal, antara lain: pendaki yang terkenal berkebangsaan Inggris George
Leigh Mallory dan temannya Andrew Irvine dalam ekspedisi pada 1924.
Setelah ditaklukkannya
Everest, olahraga mendaki gunung menjadi semakin populer. Julah pendaki gunung
setiap tahunnya bertambah dan mencoba menaklukkan puncak-puncak gunung yang
tinggi dengan rute yang berbeda pula. Jumlah negara-negara yang melakukan
pendakian semakin berkembang, dan yang terbanyak dari Eropa seperti: Argentina,
Mexico, India, Jepang, Australia, Selandia Baru serta Indonesia ikut bersaing
dan mempunyai klub-klub pendaki gunung masing-masing. Klub pendaki gunung yang
tertua adalah Alpine Club of London.
Untuk suatu pendakian gunung dibutuhkan perlengkapan yang
memadai. Perlengkapan mendaki gunung
antara lain :
a. Sepatu
Sepatu merupakan perlengkapan terpenting dalam mendaki gunung.
Sepatu untuk mendaki harus memiliki sol yang baik, yaitu mempunyai “kembang”
yang besar dengan ceruk yang tajam serta berpunggung tinggi. Sol seperti ini
berguna sekali untuk meletakkan kaki secara mantap pada tebing-tebing curam dan
berbatu, sangat membantu kaki untuk menahan berat badan pendaki.
b. Ransel

1)
Letakkan barang-barang yang berat di bagian atas dan
barang-barang yang ringan di bagian bawah. Bagilah berat itu secara merata di
sebelah kiri dan kanan, jangan menyiksa salah satu bahu dengan berat yang tidak
seimbang.
2)
Letakkan barang-barang yang dibutuhkan dalam perjalanan
di bagian atas. Sedapat mungkin kelompokkan barang-barang tersebut menurut
fungsinya, lalu letakkan bersama-sama menurut tingkat kebutuhannya.
3)
Manfaatkan ruangan yang ada di dalam ransel seefisien mungkin.
Maksudnya, apabila ada panci di dalam ransel, jangan biarkan ruangan di dalam
panci kosong.
c.
Pakaian
Parka dan anorak adalah model jaket untuk menahan
angin dan menahan air (jaket hujan). Secara umum, parka untuk menahan angin terdiri atas dua jenis. Jenis pertama
adalah parka yang terbuat dari bahan
sederhana seperti katun atau nilon. Di dalamnya, masih memakai baju lain,
seperti kaus atau sweater. Jenis kedua adalah yang disebut super parka atau down jacket.
Jaket ini terbuat dari bahan dua lapis yan berisi dacron atau down. Jaket
jenis ini berguna sekali untuk udara dingin di gunung-gunung es, karena mampu
menghangatkan badan kendati suhu udara berada di bawah nol derajat celcius.
d.
Tenda
Tenda merupakan tempat yang terbaik untuk berlindung
terhadap angin dan hujan. Tidur di tenda yang nyaman akan mengembalikan tenaga,
agar mampu melanjutkan perjalanan esok hari.
Dari bentuknya, tenda secara garis besar terbagi atas
tipe prisma, tipe piramid, dan tipe kubah. Memang ada tenda-tenda yang
bentuknya tampak lain, tetapi bila dilihat dengan teliti, sebenarnya bentuk itu
merupakan variasi saja dari salah satu tipe tersebut, atau gabungan dari
beberapa tipe. Ada tenda yang sesungguhnya mempunyai bentuk tipe prisma, tetapi
dindingnya dibuat lebih tinggi, sehingga atapnya menyempit. Ada pula tenda tipe
piramid yang dindingnya demikian luas, sehingga bentuknya kubus yang diberi
atap.
e.
Perlengkapan tidur
Bahan yang terbaik untuk kantung tidur di gunung adalah down atau duvet. Down atau duvet adalah bulu-bulu halus dari unggas
akuatik, biasanya angsa atau bebek. Bulu-bulu halus tersebut terdapat di antara
kulit dan bulu-bulu kasar yang kelihatannya secara fisik pada angsa atau bebek.
Dengan sendirinya, kantung tidur dari bahan ini sangat mahal harganya. Down atau duvet mampu menghangatkan badai kendati suhu udara mencapai titik
di bawah nol derajat celcius. Tentu saja ketebalan kantung tidur dan banyaknya down atau duvet menentukan sampai berapa derajat suhu udara yang mampu
dilawan oleh sebuah kantung tidur.
f.
Perlengkapan masak
Perlengkapan masak yang lebih praktis adalah yang biasa
disebut nesting, yaitu satu set panci yang dapat disusun menjadi satu apabila
tidak dipakai. Nesting yang biasa dipakai tentara adalah bentuk yang praktis terdiri
atas dua panci dan satu piring yang dapat pula dipakai untuk menggoreng,
dilengkapi dengan dua tangkai panci yang dapat dilepas dan dipasang.
Sendok dan cangkir yang terbuat dari melamin baik sekali
untuk dibawa ke gunung. Kelebihan melamin adalah mudah dibersihkan, hanya
dengan siraman sedikit air saja. Bahkan hanya dengan diseka kertas tissue atau
lumut, melamin sudah cukup bersih. Minyak atau lemak yang melekat akan gampang
melepas.
g.
Perlengkapan makanan
Makanan siap saji (instant)
merupakan pilihan pertama untuk dibawa sebagai bekal mendaki gunung. Banyak
keuntungan dari makanan siap saji ini, yaitu ringkas serta cepat masak,
sehingga menghemat waktu dan bahan kompor. Ini penting, karena tentunya tidak
mau membawa ekstra bahan bakar untuk kompor dan membuang waktu hanya untuk
memasak. Lagipula dewasa ini tidak ada kesulitan untuk memperoleh makanan siap
saji di toko-toko, seperti kornet, sarden, mie isntant, biskuit, coklat,
havermout, dan lain-lain.
Seorang pendaki gunung setiap hari membutuhkan sekitar
5000 kalori dan 70 gram sampai 100 gram protein. Pengaturan makanan yang baik
akan membantu pengeluaran tenaga secara efektif.
h.
Perlengakapn tambahan
Payung yang dapat dilipat dengan ringkas merupakan
perlengkapan yang kerap dilupakan, kendati bermanfaat banyak. Payung bukan
hanya berguna untuk melindungi tubuh dari hujan dan sengatan matahari, tetapi
juga dapat dipakai untuk menampung air. Payung yang dikembangkan dan
ditelentangkan dapat pula mengumpulkan titik-titik air yang menempel di
daun-daun.
Perlengkapan lain yang harus dibawa, antara lain: golok
atau parang, kantung plastik, penangkis serangga, (insect repellent) dan minyak pelindung matahari (sun oil, sun burn, atau sun preventives). Untuk perlengkapan
pribadi, jangan lupa membawa obat-obatan pribadi (terutama yang mempunyai
penyakit tertentu), satu set peralatan P3K, dan perlengkapan kebersihan badan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sisir, cukur kumis, dan lain sebagainya.
2.
Dasar-Dasar
Penyelamatan di Gunung
Pendakian dimulai melalui padang rumput atau hutan,
tetapi harus tetap pada jalur (jalan) menuju puncak gunung. Pendakian semacam
ini tidak membutuhkan peralatan khusus, hanya membutuhkan fisik yang prima,
namun harus membawa perlengkapan bantuan pertama seperti pakaian dingin dan
makanan tambahan.
Tapi mungkin setelah melalui jalan tersebut terdapat
karang curam, yang kelihatannya gampang untuk ditempuh dan hanya sesekali
menggunakan tangan yang disebut dengan Grade I. Setelah itu terdapat karang
yang lebih curam (Grade II dan III). Di
sini para pemanjat harus menggunakan tali bersama-sama, karena bila satu yang
terpeleset, maka yang lainnya dapat menghalanginya terjatuh.
Jika karang lebih curam lagi dan lebih berbahaya (Grade
IV dan V) semua pendaki sebaiknya berhenti di tempat yang aman. Pendaki kedua
mengulurkan tali kepada pimpinan (leader)
yang terus melakukan pemanjatan. Setelah berada pada tempat yang aman, pimpinan
akan membawa satu persatu ke tempat tersebut. Jika tidak terdapat tempat yang
aman, pemanjat dapat membuat sendiri
dengan menancapkan paku (spike) besi,
atau piton ke dalam celah karang.
Pendaki harus membuat atau mengebor karang dan menaruh baut atau mur tertentu
yang berfungsi sebagai piton.
Para pendaki dapat melakukan pemanjatan vertikal sempurna,
atau bergantung pada karang walaupun tanpa jalan sekitarnya. Cara ini harus
mempunyai persiapan yang matang untuk suatu jenis pemanjatan yang dikembangkan
pada abad ke-20, seperti artifical
dan tension climbing. Pimpinan akan
membuat tangga dari piton. Pemanjat yang berada di bawah menjaga (hold) pimpinan dari ujung piton
sementara ia menancapkan satu lagi di atasnya dan pemanjat dapat berdiri pada
pemijak kaki yang bergancu (strub hooeg)
dikaitkan ke piton dan dapat menggunakan tangga portable yang pendek untuk memanjat lebih tinggi.
Setelah berhadapan dengan karang, kalau terdapat es dari
salju, pendaki dapat membuat tempat pijakan dengan menggunakan kepah es. Setiap
pendaki harus membawa kerangka baja dengan paku (spike) yang tajam yang disebut crampons
(piringan besi dan paku), mengikatkan kerangka tersebut ke boot. Dengan
demikian pemanjat dapat berjalan mendaki
walaupun pada kemiringan 40 derajat tanpa tergelincir. Pendakian merupakan
olahraga yang beresiko tinggi dan keberhasilan menaklukkan suatu puncak
merupakan tugu kebanggaan.
0 Comments
isi disini