seperti apakah awan dan langit saling menyatu bahkan hanya untuk saling menyapa pun sudah sangat jauh. Lantas harus apakah aku? yang tak pernah tahu seperti apa bertemu dan berpisah itu terperangkap dalam naungan sebuah sekat waktu.
GORESAN
LUKA
Cipt:Muti’ah Mawaddahtul
maulia
Pagi, hai
bolehkan ku sempatkan menyapamu?
Hariku sunyi ditemani angin yang berhembus
Ketika ragaku disentuh oleh terik matahari
pagi
Kau tak sadar ada bercak-bercak sakit yang
sempat kau beri
Hai,,, bagaimana denganmu?
Masihkah ada waktu untuk menyapaku?
Melihat kembali kisah yang sempat dilukis
bersama
Membuat kembali teka teki sapa
Tapi apa? Sakit sudah menerpa
Raga sudah kau buat rapuh
Ketika rindu sudah tak bisa menyentuhmu
Sapaanku bukan lagi
harapanmu
Dulu, bersamapun adalah bagian dari
kebetulan yang kau ciptakan
Kini sisa lipatan - lipatan waktu yang
menggores
Berbekas sampai rasanya tak dapat lagi
sembuh
Membalutnya dengan kisah baru pun tak akan
mempan
Berbisik saling membenci juga bukan
Bercerita tentang kebersamaan sudah
membosankan
Kini yang tersimpan hanya sunyi kerapuhan
Bertemu denganmu sepertinya hanya sebuah
goresan yang tak nampak
Kau bukan hal yang paling menyakitkan
Bukan yang mahir pula memberi kebahagiaan
Tapi bagian yang paling mengesankan
Bertemu dengan sekedar memberi goresan
luka
Bukan sebagai tamu, kepahitan
Melaikan hal yang paling membahagiakan
saat itu
Bahkan ketika harus berurusan hanya dengan
goresan luka yang sempat kau torehkan secara perlahan namun membekas sangat
menyakitkan
Berbahagialah wahai senyummu yang kembali
hadir,
Ingatlah aku tak pernah menyesal dengan
perkenalan, pertemuan dan pertemanan yang tuhan anugrahkan
Karena pertemanaan ini adalah sebuah
kebersamaan yang mengesankan
Untukku,
Untuk waktu yang mempertemukan Atau
mungkin... untukmu?
Kau tak pernah tahu
Kini aku sadar kau sekedar sapaan yang menemani kehangatan senja yang indah
Bermakna tapi singkat
Seperti pertemuan orang asing yang tak berfikir
Kini aku sadar kau sekedar sapaan yang menemani kehangatan senja yang indah
Bermakna tapi singkat
Seperti pertemuan orang asing yang tak berfikir
Sangat meluluhkan untuk sebuah pengharapan Sebuah goresan luka
Terima kasih untukmu pemberi goresan luka
Meski tanganmu tak sanggup lagi menggenggam semua asa
Tapi... apa yang di berikan?
Ternyata kau hanya seorang sosok
Yang begitu mahir menyimpan,menyisihkan
Untuk hati yang telah kau patah
Untuk raga yang kau buat rapuh
Untuk jiwa dan diri yang telah meluluh lantah ingin menyerah
Maafkan aku karena sempat hadir sebagai jeda dalam kisahmu yang belum berakhir sebenarnya
Aku minta bertahanlah
Untuk dirimu sosok makhluk perasa jangan menyerah
Ada hati yang harus tetap bahagia meski tak lagi bisa menatapnya
*******
Ada kisah yang masih sangatt sulit diceritakan, namun tidak bermaksud pula merahasiakan.
banyak sakit yang tidak ternampakkan bahkan mengubur dalam - dalam luka yang sempat didapatkan.
lalu....
seperti apakah sebuah kebahagiaan? jika dua insan hanya saling menyakitkan.Aku belum tahu jelas seperti apa diri seseorang namun mulut itu begitu mahir menceritakan seolah mereka tahu apa yang setiap detiknya dilakukan oleh seseorang.Berniat untuk membalasnya pun tak pernah.
Tapi apa yang kudapatkan setelah sekian lama ku berdiam waktu ku terbuang karena hanya menyia- nyiakan setiap waktuku habis memperhatikan setiap perkataan yang hanya menyisakan luka yang tidak bisa ku ungkapkan karena telah paham seperti apa luka yang sempat singgah dan seperti apa melukai namun sakitnya tak bisa tergambarkan rasanya.Aku berharap ada bahagia yang menjemput setelah keikhlasan dan sabarnya hati dalam menjalani semua yang telah terjadi.
tersenyumlah kembali agar percik- percik bahagia hadir lagi kau tahu senyumanmu sederhana tapi senyuman ini luar biasa mungkin hanya sekedar lengkungan bisa namun bisa meluruskan banyak hal sadarlah kau harus bangun untuk menguatkan kembali raga atas kenyataan yang telah ada.
KEBERSAMAAN YANG KURINDUKAN
cipt: Muti'ah Mawaddahtul Maulia
Dulu
kita seperti akrabnya langit melengkapi bintang
Sehangat
hadirnya senja ketika sore datang
Seindah
hadirnya pelangi setelah hujan
Sedangkan
dia sesunyi malam semenjak tak menyapaku
Langit
biru terimalah sapaan awan kepadamu
Temanilah
matahari yang terik menyinariku
Meski
semu, dan tak lagi ada suaramu
Kutakut
kau semakin luluh
Masihkah
ada namaku? Dibalik setiap senyum tipis itu
Bagaimana
kabar gemerlap bintang dimalam hari?
Yang
kuharap jatuh malam ini
Meski
lewat sapaan rapuh karena kesepian ini
Langit
janganlah diam karena bulan tak menemuimu yang sendiri
Kau
tak ingat dulu kau sangat menyayangkan sedih yang hadir di pipi
Khawatir
akan senyum yang tak ada lagi
Meski
waktu membawa ku pergi karena sedih yang berlarut ini
Aku
takut….
Kamu
yang kemarin sama halnya matahari yang membawa terik
Membawa
kabar lewat berbisik kalau kini kau tak ingin lagi mengusik
Aku
takut Kamu kembali sakit karena lirih setiap ucapanku
Tak
pernah kau tahu seperti apa rindu yang kembali tumbuh
Saat
mulutmu tak fasih lagi saat menyapaku
Bahkan
denting sapamu bukan lagi kebahagiaan yang dapat kutunggu
Meski
waktu semakin menahanku
Namun…
Apa
dayaku yang seperti figur dalam setiap dramamu
Tertuntun
Cuma – Cuma aku ada dalam bagian kisahmu
Kalau
saja waktu dan semu bisa menyatu
Harapku
hanyalah satu
Jadilah
dirimu yang dulu
Lewat
waktu dan takdir yang menyatukan
Kalau
bukan denganmu,
Aku
harap bisa mendapatkan kebahagiaan
Melengkungkan
kembali senyuman yang sempat menghilang
Kumohon
hadirkan kembali kebersamaan
Mengumpulkan
kembali buih – buih kasih sayang
Ingatlah
dirimu sebagai sesuatu yang sempat kulangitkan
Kamu
yang sempat ku ceritakan dibawah sajadah hitam
Namun
pertemuan, hanya kehendak–nya lah yang semoga bisa menjanjikan
Untuk
kita yang disatukan dalam kebersamaan.
Untuk
kita yang belum sempat kembali dipertemukan
Aku
belum tahu seperti apa hati yang masih berbolak - balik
Tapi
ingatlah setiap penyatuan ada sekat yang membawa sebuah perkenalan
Untuk
waktu yang tak sempat menyatukan
Untuk
rindu yang belum bisa tercurahkan
Semoga
berbuah kebahagiaan
Dan
berakhir pertemuan yang mengesankan
Kau
yang sempat kulangitkan
Maaf
karena telah berani merindukan
Kebersamaan
kemarin yang ingin kembali ku ulang
Karena
apapun yang terjadi kau hanyalah sebuah pertemuan yang di rencanakan oleh Ilahi
Kau
tahu kamu aalah sesuatu yang sampai kini sulit dijelaskan
Namun,
bagian yang paling mengesankan
dalam sebuah persahabatanYang
kau ciptakan.
2 Comments
Keep writing until you become the best :) Semangat!
ReplyDeleteJazakallahu jazakillahi khair siapapuanda terima kasih suport dari anda menambah percaya diri saya untuk menekuni bidang ini terima kasih ini berarti bagi saya :)
Deleteisi disini