Dalam proses
pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini
berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada
bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman
seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara
guru itu mengajar. Sekolah sebagai Institusi pendidikan harus dapat
menyelenggarakan proses pembelajaran yang menurut UNESCO bertumpu pada empat
pilar pendidikan yaitu:
1. Learn to know
Pilar learn to
know bermakna bahwa pembelajaran merupakan proses ”menjadi tahu” dari
sebelumnya yang ’tidak mengetahui” sesuatu. Peserta didik dibekali dengan
pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengembangkan intelektualitasnya.
Ini adalah proses dasar seorang guru dalam menanamkan ilmu pengetahuan kepada
peserta didik. Hal ini terlupa bagi guru, karena terlalu banyak metode atau
cara yang diberikan sehingga batasan ini sudah terlalu jauh dan melebihi
kemampuan anak didik, dan anak didik akhirnya kurang mampu membuat kesimpulan
setiap akhir pembelajaran.
2. Learn to do
Pilar learn to do mempunyai makna bahwa
setelah atau bersamaan dengan peserta didik mendapat pembekalan pengetahuan, ia
harus menerima pula bekal beriktnya yaitu kemampuan yang bersifat keterampilan
dalam mengerjakan sesuatu, yang tercakup dalam ranah psikomotor.
Masalah yang timbul kemudian
adalah, apakah mata pelajaran di sekolah perlu diikuti ranah kognitif dan ranah
psikomotor. Atau hanya ranah kognitf, atau ranah psikomotor saja. Hal yang paling
menbingungungkan para guru adalah seringnya berubah-ubah kebijakan pendidikan
dalam hal ini kurikulum dalam dunia pendidikan mengakibatkan ranah mata
pelajaran tertentu berubah-ubah juga.
3. Learn to be
Pilar learn to be merupakan pembekalan
untuk menyempurnakan dua pilar sebelumnya, yaitu bahwa setelah peserta didik
memiliki pengetahuan dan keterampilan, langkah selanjutnya tentunya dengan
berbekal ilmu penegtahuan dan teknologi, maka si pemilik ilmu pengetahuan dan
teknologi itu harus dapat mendayagunakannya untuk tercapainya kemanfaatan.
Ini yang menjadi titik lemah
para guru bagaimana ilmu pengetahuan berbasis teknologi untuk di manfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari. Guru dan Siswa
tidak mampu memampaatkan ilmu pengetahuan yang didapatkan di sekolah,
seolah-olah relevansi pelajaran di sekolah kurang bermanfaat untuk menjawab
tantangan kehidupan. Mereka tidak mengerti untuk apa belajar mata pelajaran di
sekolah?, kenapa demikian? Karena guru kurang mampu memberikan kepada anak
didiknya bahwa mata pelajaran di sekolah akan bermanfaat dalam kehidupan nyata
bukan sekedar untuk mendapatkan nilai semata
4. Learn to live
together
Pilar lear to live together merupakan
upaya memadukan ketiga pilar yang terdahulu dan terimplementasikan dalam
kehidupan nyata di masyarakat.
Di sinilah titik utama
persoalan. Karena banyaknya yang dicapai, atau di kuasai oleh siswa, akibat
tuntutan kurikulum. Maka yang terjadi lahirlah siswa yang hanya menekenkan
penguasaan materi, dengan memaksakan siswa untuk menguasai. Pada akhirnya siswa
mampu menguasai untuk kepentingan kurikulum, sekolah, pendidik, tetapi sesungguhnya mereka gagap pada apa yang
mereka dapatkan di bangku sekolah,terhadap dunia nyata. Mereka tidak mampu mengambil, menginplementasikan
dalam dunia dunia nyata. Bahwa apa yang didapat di sekolah tak lebih untuk
mendapatkan nilai bagus.
Pengabaian akan hasil proses
pendidikan tersebut, akan mengakibatkan pelajar yang sukses di bangku sekolah
dengan nilai tinggi, tetapi sesungguhnya gagal dalam kehidupan yang nyata.
Inilah tantangan dunia
pendidikan…..
0 Comments
isi disini