Cerdas biasanya dalam sekolah di simbolkan dengan peringkat atau rangking. Atau dalam kehidupan sehari hari biasa kita dengar dengan anak cerdas, anak pintar, atau anak bodoh. Kesemuanya itu merupakanan asumsi yang berdasar kepada kebiasaan membuat istilah atas pengalaman sehari hari yang dididik dalam dunia pendidikan kita yang mengukur kemampuan siswa berdasarkan tiga ranah yaitu: 1). Kognitif (pengetahuan), 2). Psikomotorik (Praktek) 3). Afektif (Sikap prilaku).
Kemudian adanya jenjang perbedaan
disiplin ilmu IPA dan IPS, sehingga adanya kecenderungan menganggap salah satu
disiplin ilmu lebih baik dari pada disiplin ilmu lain. Di masyarakat kita
sering kita dengar beranggapan bahwa mereka lebih banyak mengingingkan anak-anaknya
masuk atau memilih jurusan IPA, dengan harapan dengan memilih jurusan itu lebih
memudahkan pilihan-pilihan jurusan tertentu memasuki perguruan tinggi.
Menjadi masalah di kemudian jika
anggapan masyarakat yang didukung oleh kebijakan pendidikan menjadi kesimpulan
bahwa anak cerdas itu:
1). Selalu rangking di sekolah
2). Selalu memilih jurusan IPA
Saat ini orang hanya menggunakan
satu indikator untuk menentukan kecerdasan anak yaitu IQ. Semakin tinggi IQ
yang dimiliki seorang anak dipercaya semakin tinggi pula kecerdasarnnya.
Kepercayaan terhadap IQ sering membuat orang tua maupun guru terjebak pada
pembedaan, anak pandai dan anak bodoh. Anak yang IQ nya dainggap kurang sering
dilabeli sebagai anak yang bodoh, tidak bisa apa-apa. ‘Cap’ sebagai anak bodoh
ini seringkali mengganggu perkembangan anak.
Setiap orang memiliki kecerdasan
yang berbeda-beda dan tidak dapat dipastikan bahwa IQ menentukan kesuksesan
seseorang di masa yang akan datang. Kesuksesan ditentukan oleh berbagai
keterampilan yang mungkin ini terkait dengan kecerdasan lain; kecerdasan ini
bukan saja kecerdasan matematik/logika yang diukur dengan tes IQ tetapi ada
beberapa kecerdasan lain yang sementara ini masih diketahui dalam kondisi
terbatas.
Prof. Howard Gardener seorang ahli
riset psikologi dari Amerika berpendapat bahwa setiap orang memiliki berbagai
kecerdasan, dan kecerdasan yang dimiliki tiap orang berbeda-beda. Howard
mengembangkan model kecerdasan "multiple
intelligence". Multiple intelligence artinya bermacam-macam kecerdasan
atau kecerdasan ganda. Ia mangatakan bahwa setiap orang memilki bermacam-macam
kecerdasan bukan kecerdasan tunggal, tetapi dengan kadarnya berbeda. Yang di
maksud kecerdasan menurut Gardener adalah suatu kumpulan kemampuan atau
keterampilan yang dapat ditumbuhkembangkan.
Menurut Howard Gardener dalam setiap
diri manusia ada 8 macam kecerdasan, yaitu:
1. Kecerdasan linguistik
2. Kecerdasan logik matematik
3. Kecerdasan visual dan spasial
4. Kecerdasan musik
5. Kecerdasan interpersonal
6. Kecerdasan intrapersonal
7. Kecerdasan kinestetik
8. Kecerdasan naturalis.
1.
Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan
linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik
secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti
kata, urutan kata, suara, ritme, dan intonasi dari kata yang di ucapkan.
Anak yang memiliki
kecerdasan linguistik ditandai dengan ketrampilan mengolah kata, menikmati
puisi, percaya diri dalam mengekspresikan kemampuan melalui kata-kata, pintar
berkomunikasi lisan dan tulisan, pintar menulis.
2.
Kecerdasan Logik Matematik
Kecerdasan logik
matematik ialah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Ia mampu
memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk
akal). Ia suka angka, urutan, logika dan keteraturan. Ia mengerti pola
hubungan, ia mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif. Proses
berpikir deduktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang umum kepada hal-hal
yang khusus. Proses berpikir induktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang
khusus kepada hal-hal yang umum.
Anak-anak yang
memiliki kecerdasan logik matematik senang bekerja dengan angka dan cakap
melakukan perhitungan; senang dengan permainan, puzzle atau sesuatu yang
membutuhkan kemampuan berpikir logis dan statistik seperti permainan catur;
suka bermain logika; dan senang matematika dan fisika.
3.
Kecerdasan Visual dan Spasial
Kecerdasan visual
dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan
spasial secara akurat (cermat). Visual artinya gambar, spasial yaitu hal-hal
yang berkenaan dengan ruang atau tempat. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran
akan warna, garis, bentuk, ruang, ukuran, dan juga hubungan di antara
elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini juga melibatkan kemampuan untuk melihat
objek dari berbagai sudut pandang.
Anak yang memiliki
kecerdasan visual dan spasial memiliki ciri suka seni, mampu menggambar dengan
baik, pintar membaca peta atau melakukan navigasi, suka menjelaskan dengan
menggunakan gambar dan diagram.
4.
Kecerdasan Musik
Kecerdasan musik
adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk
dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan
terhadap ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar.
5.
Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan
interpersonal ialah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan
perasaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang
lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi.
Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia
orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin
kelompok.
6.
Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan
intrapersonal adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan
pengetahuan tentang diri sendiri. Dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri
sendiri. Mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Orang
yang memilki kecerdasan ini sangat menghargai nilai (aturan-aturan) etika
(sopan santun) dan moral.
7.
Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan
kinestetik ialah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk
mengungkapkan ide, pemikiran, dan perasaan. Kecerdasan ini juga meliputi
keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan,
kelenturan, dan kecepatan.
8. Kecerdasan
Naturalis
Kecerdasan
naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan
membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan.
Kecerdasan ini dimunculkan dalam bentuk senang berkebun; menyukai astronomi;
kejadian alam semesta; senang mempelajari masalah sosial, psikologi dan
manusia; dan tertarik pada penyelamatan lingkungan.
Merujuk asumsi dari pola
pendidikan yang mengembangkan 3 (tiga)
kemampuan (kognitif, Psikomotor, dan afektif), dan apa yg disampaikan oleh Prof. Howard
Gardener, mungkin mulai sekarang kita harus berpikir ulang tentang manusia
cerdas, dan siswa cerdas.
Sumber:
Dr. Hadi Suwono, M.Si
Seminar Nasional “Membangun Kepribadian Anak
Usia Dini Dalam Memasuki Era Milenium”
0 Comments
isi disini